Download macam-macam file gratis

WILUJENG SUMPING......................DI BLOG NA MANG DODONG....MUGIA AYA FILE NU KA ANGGO KU PARA SADEREK.......

Kamis, 17 November 2011

KEPEMIMPINAN I


Kepemimpinan

1.a.   Kepemimpinan dalam Islam

1.    Pemimpin yang Maha Muthlaq (absolut) hanyalah Allah SWT
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,” (QS. al-Mulk 67:1)
“Dan Kepunyaan Allah-lah Kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu) (QS. Al-Ma’idah 5:18)
“Ikutilah apa yang Diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (QS. Al-A’raf 7:3)
Maka sudah selayaknya tidak ada perintah-perintah yang menyalahi keinginan Pemimpin tunggal ini.

2.    “Kepemimpinan” Allah SWT terhadap alam ini sebagian didelegasikan kepada manusia sesuai dengan kehendak-Nya
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki …” (QS. Ali ‘Imran 3:26)
3.    Sesuai dengan adanya perbedaan-perbedaan yang ada pada manusia, maka tingkat kepemimpinan yang dipercayakan oleh Allah pun berbeda-beda pula
“Dan Dia-lah yang Menjadikan kamu Penguasa-penguasa di bumi dan Dia Meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa Derajat, untuk Mengujimu tentang apa yang Diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhan-mu amat cepat Siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am 6:165)
4.    Dalam usaha menegakkan agama, memperjuangkan kebenaran, memperjuangkan cita-cita, Allah mencintai mereka yang melakukannya dengan organisasi yang rapih (ash-Shaf 4), yang untuk itu sudah barang tentu memerlukan pemimpin.
Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seolah-olah mereka adalah bangunan yang kokoh. (QS Ash Shaff 61:4)
5.    Status kepemimpinan yang ada pada manusia hanya sebagai amanat dari Allah SWT (HR. Muslim) yang sewaktu-waktu diberikan kepada seseorang dan direnggut dari seseorang (Ali ‘Imran 26)

1.b.   Wajib adanya pemimpin dalam beramal

Dalam segala aktivitasnya, muslim harus memiliki pemimpin.
Rasulullah saw. bersabda apabila tiga orang sedang bepergian maka angkatlah salah satunya sebagai ketua.

1.c.  Ruang lingkup kepemimpinan

a.    Manusia kepada manusia lain (QS. Al-An’am 6:165)
b.    Suami/Ayah kepada keluarga
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim 66:6)
c.     Laki-laki terhadap perempuan
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah Melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)…” (QS. An-Nisaa 4:34)
d.    Setiap manusia kepada dirinya sendiri
“Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggung jawaban tentang rakyatnya. Pemerintah adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Lelaki itu adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap keluarganya. Wanita itu adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan bertanggung jawab terhadap yang dimpimpinnnya (suami dan anak). Pembantu itu adalah pemimpin dalam menjaga harta majikannya dan bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya.” (Muttafaq’alaih)
“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (QS.Maryam 19:95)
e.     Manusia kepada makhluk Allah lainnya
“Ingatlah ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak Menjadikan seorang Khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak Menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyuci-kan Engkau?” Tuhan Berfirman, “Sesungguhnya Aku Menge-tahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah 2:30)
Sebaik-baik pemimpin :
“Sebaik-baik pemimpinmu ialah yang kamu cintai dan cinta pada kamu dan kamu do’akan dan mereka mendo’akan kamu. Dan sejahat-jahat pemimpinmu ialah mereka yang kamu benci dan membenci kamu, dan kamu kutuk dan mengutuk kamu. Sahabat bertanya: Bolehkan kami menen-tang (melawan) mereka? Jawabnya: Tidak, selama mereka tetap menegakkan shalat.” (HR. Muslim)

1.d.  Kewajiban pemimpin kepada pengikut

1.    Menyampaikan amanat dengan adil :
“Apabila seorang hamba (manusia) yang diberikan kekuasaan memimpin rakyat mati, sedangkan di hari matinya dia telah mengkhianati rakyatnya maka Allah mengharamkan surga kepadanya.” (Muttafaq’alaih)
Bersabda Nabi saw. : Tujuh macam orang yang bakal dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari tiada naungan kecuali naungan Allah; (1) Pemimpin (raja) yang adil. (2) Pemuda yang rajin dalam ibadat kepada Allah. (3) Seorang yang selalu gandrung hatinya pada masjid. (4) Dua orang yang kasih sayang karena Allah, baik di waktu berkumpul atau berpisah. (5) Seorang lelaki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan cantik kemudian ia berkata: Saya takut kepada Allah. (6) Seorang bersedekah dengan diam-diam sehingga tangan yang sebelah kanan tidak tahu apa yang disedekahkan oleh tangan sebelah kirinya. (7) Seorang yang ingat (berdzikir) pada Allah dengan sendirian, maka mencucurkan air mata. (HR. Bukhari, Muslim)
“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak di sisi Allah ditempatkan di atas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hukum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka.” (HR. Muslim)
2.    Menunjukkan ummatnya pada segala kebaikan yang ia ketahui dan memperingatkan mereka dari bahaya yang ia ketahui.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. “ (Ali Imran 3:110)
“Tiada seorang Nabi sebelumku melainkan ia berkewajiban menunjukkan ummatnya pada segala kebaikan yang ia ketahui dan memperingatkan mereka dari bahaya yang ia ketahui.” (HR. Muslim)
3.    Tugas utama seorang pemimpin :
Ø  Sebagai penengah
Ø  Sebagai pengawas
Ø  Sebagai koordinator
Ø  Sebagai pengambil kebijakan
Ø  Sebagai penanggung jawab
Ø  Sebagai motivator

1.e.   Kewajiban pengikut kepada pemimpin

1.    Setiap mu’min wajib patuh dan taat sebatas kekuatannya kepada pemimpin yang dipilihnya, kecuali apabila perintahnya bertentangan dengan perintah Allah
“Seorang muslim wajib mendengar, ta’at pada pemerintah-nya, dalam apa yang disetujui atau tidak disetujui, kecuali jika diperintah ma’siat. Maka apabila disuruh ma’siat, maka tidak wajib mendengar dan tidak wajib ta’at. (HR. Bukhari, Muslim)
Ibnu Umar r.a. berkata: Kami jika berbai’at pada Rasulullah saw. atas mendengar dan ta’at, maka Nabi saw. berkata: Dalam apa yang kamu dapat mengerjakan (melaksanakan). Atau dalam batas kekuatanmu. (HR. Bukhari, Muslim)
“Kamu harus patuh dan taat dalam keadaan sulit maupun mudah, dalam keadaan semangat maupun tidak senang, dan jangan bersikap egois.” (HR. Muslim)
2.    Amar Makruf Nahi Mungkar
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati dalam mentaati kebenaran dan kesabaran” (Al Ashr 103:2-3)

1.f.   Seluruh bentuk kepemimpinan akan dimintai pertanggung jawabannya

Abu Dzarr r.a. berkata: Ya Rasulullah tidakkah kau memberi jabatan apa-apa kepadaku? Maka Rasulullah memukul bahuku sambil berkata: Hai Abu Dzarr kau seorang yang lemah dan jabatan itu sebagai amanat yang pada hari qiamat hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan. Kecuali orang yang dapat menunaikan hak kewajibannya dan memenuhi tanggung jawabnya. (HR. Muslim)

1.g.  Hal-hal yang meringankan beban qiyadah

Hal-hal yang membantu terlaksananya tugas pemimpin :

  1. Ikhlas karena Allah
Allah akan menolong orang ikhlas dengan menghimpunkan orang-orang jujur dan ikhlas lainnya untuk berdiri bersamanya dengan penuh kejujuran dan keikhlasan.
  1. Muroqobatullah
Kepekaan ini akan mendorongnya untuk selalu cepat berbuat kebaikan dan memperbaiki amal usahanya serta mendorong untuk selalu meningkatkan derajat ihsan.
  1. Optimis dan Do’a
Jika ia menghadapi kesulitan, ia hanya mengadu kepada Allah swt. Dia senantiasa mengontrol perasaannya sehingga ia selalu dalam keyakinan bahwa keberhasilan usahanya adalah semata-mata qudrat, kekuasaan dan perencanaan Allah swt.

  1. Tanggung jawab
Memiliki rasa tanggung jawab besar yang dapat mendorongnya untuk selalu menjaga diri dalam memegang amanah. Ia harus menyadari, waspada dan sungguh-sungguh dalam berusaha dengan mengerahkan seluruh kemampuan, serta mau berkorban dalam melaksanakan tugas dan amanah yang dibebankan kepadanya. Jika seorang pemimpin kurang bertanggung jawab, dia akan lemah cita-cita dan kemauan dalam melaksanakan tugasnya. Tidak ada kemauan keras untuk menyempurnakan pelaksanaan tugas-tugasnya, sekalipun ia memiliki berbagai peluang, fasilitas dan peralatan modern.
  1. Memprioritaskan tarbiyah
Pimpinan harus memberikan perhatian yang cukup kepada masalah pendidikan (tarbiyah), menyiapkan kader dan calon pengganti. Sistem tarbiyah akan melahirkan individu-individu yang baik dan mampu memikul tanggung jawab yang dapat meringankan beban pimpinan
  1. Ukhuwwah
Sebab rasa kasih sayang dan ukhuwwah dapat melahirkan suasana saling pengertian, syura, kerja sama dan tolong menolong dalam mengatasi berbagai rintangan. Sebaliknya, jika tidak terwujud maka akan timbul perselisihan yang merusak suasana saling pengertian dan akan menambah beban pemimpin
  1. Perencanaan kerja
Pimpinan harus benar-benar merencanakan program yang tepat, menentukan tujuan, tahapan, cara, sarana, persiapan-persiapan sesuai dengan kemampuan.
  1. Membakar semangat pengikut
Pimpinan harus selalu bersungguh-sungguh menyalakan cita-cita, mengukuhkan tekad dan membangkitkan harapan di kalangan anggota jamaah. Pimpinan harus melindungi mereka dari terjangkitnya rasa pesimisme dalam menghadapi mihnah, cobaan dan rintangan.

1.h.  Sifat-sifat Qiyadah

Karena kepentingan amal jama’i dalam dakwah serta besarnya hasil yang akan dicapai, maka setiap pemimpin perlu memiliki akhlak dan sifat-sifat dasar seorang pemimpin jamaah.
  1. Cerdas, berilmu dan bijaksana
Mampu menganalisis berbagai persoalan dari segala segi dengan tepat dan cepat menerapkan hasil analisanya dengan baik. Tidak banyak lupa dan tidak lalai dan tidak mudah menyerah serta tidak gelap mata ketika menghadapi luapan perasaan dan kemarahan. Seorang pemimpin mau tidak mau pasti akan menghadapi berbagai situasi dan suasana dan menemui pelbagai persoalan yang mengganggu perasaan. Karena itu ia harus berusaha menyelesaikannya dengan menggunakan akal sehat dan dengan cara bijak.




  1. Kasih sayang dan lemah lembut
Berperangai penyantun, kasih sayang, lemah lembut dan ramah. Karena seorang pemimpin akan berhadapan dengan berbagai tipe manusia. Di antara mereka ada yang jahil dan tolol. Karena itu seorang pimpinan, dengan sifat santunnya, berkewajiban melayani mereka dan menarik hatinya. Setidak-tidaknya mereka tidak dijadikan sebagai musuhnya.
‘Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan-lah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran 3:159)
  1. Berani
Keberanian, pada dasarnya, adalah ketetapan dan ketahanan hati, kepercayaan penuh kepada Allah dan tidak takut mati yang disebabkan oleh sifat gila dunia dan benci mati. Karena anggota jamaah akan mengikuti pemimpinnya, maka sifat keberanian termaksud menjadi sangat penting bagi seorang pemimpin jamaah.
  1. Jujur
Sifat ini akan menebalkan kepercayaan orang banyak kepadanya.
  1. Tawadhu’
Dengan adanya sifat ini, seluruh hati manusia terhimpun dan terikat kepada pimpinan.  Sebaliknya, keangkuhan akan menjauh-kan hati manusia darinya.
  1. Pemaaf
Memaafkan, menahan amarah dan berlaku ihsan. Sifat-sifat ini perlu dimiliki pemimpin karena ia selalu berhadapan dengan berbagai sikap, persoalan dan tipe manusia. Kadang-kadang ia berhadapan dengan gangguan, perbuatan tak senonoh atau persoalan-persoalan yang membangkitkan kemarahannya yang datang dari anggota atau orang-orang tertentu. Setiap gangguan terhadap jamaah selalu melalui pimpinan. Karena itu setiap pimpinan harus menghiasi dirinya dengan sifat pemaaf, menahan amarah dan berbuat ihsan. Perbuatan tersebut dapat menarik hati manusia untuk bergabung dan mendukung jamaah yang dipimpinnya.
  1. Sabar dan tawakal
Jalan dakwah adalah jalan yang amat panjang, sulit dan penuh berbagai persoalan yang berlawanan dengan kehendak hawa nafsu, penuh onak dan duri. Jadi kesabaran, ketahanan dan ketabahan sangat diperlukan bagi orang-orang yang berjalan di jalan dakwah.
  1. ‘Iffah dan kiram
Sifat ini melambangkan kesucian jiwa dan tidak mudah tunduk kepada hawa nafsu dan kecenderungan yang mengotori jiwa. Dengan sifat ini seorang pemimpin tidak menjadi gila harta.


  1. Wara’ dan zuhud
Dengan kedua sifat ini ia selalu dapat mengontrol dirinya dalam berbagai hal, dapat memastikan dirinya sebagai teladan baik bagi orang lain, meninggikan martabat kepemimpinannya. Kedua sifat tersebut jelas akan menjadikan seorang pemimpin berwibawa dan dihormati jamaah.
  1. Adil
Sebaliknya, jika pimpinan bertindak zalim, curang dan tidak adil, maka kemantapan dan kemajuan gerakan tidak akan terwujud dalam suasana penuh kepercayaan dan ketenangan. Suasana demikian akan melahirkan sikap pura-pura dan munafik dikalangan anggota, sebagai ganti kejujuran dan keikhlasan. Ini jelas akan merusak gerakan jamaah.
  1. Tenang dan percaya diri
Betapa tenang, tegas, tangkas, tabah dan tahan serta beraninya Rasulullah saw. dalam perang Uhud dan Hunain. Kita tahu betapa besarnya pengaruh sikap demikian terhadap suasana peperangan tersebut

1.i.    Larangan meminta jabatan

“Jangan menuntut kedudukan dalam pemerintahan karena jika kau diserahi jabatan tanpa minta, kau akan dibantu oleh Allah untuk melaksanakannya, tetapi jika dapat jabatan itu karena permintaanmu, maka akan diserahkan ke atas bahumu atau kebijaksanaanmu sendiri.” (HR. Bukhari, Muslim)
Abu Musa Al-Asy’ary r.a. berkata: Saya dengan dua orang sepupuku masuk kepada Rasulullah saw. maka salah seorang dari sepupuku itu berkata: Ya Rasulullah berilah pada kami jabatan di salah satu bagian yang diberikan Allah kepadamu. Yang kedua juga berkata demikian. Maka jawab Nabi saw.: Demi Allah kami tidak mengangkat seorang dalam suatu jabatan, pada orang yang menginginkan atau orang yang berambisi pada jabatan itu. (HR. Bukhari, Muslim)

1.j.   Kelompok manusia yang tidak boleh dijadikan pemimpin ummat Islam

a.    Kafirin
‘Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengam-bil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk Menyiksamu) ?” (QS. An-Nisa’ 4:144)
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua Kekuatan Kepunyaan Allah.” (QS. An Nisa’ 4:138-139)

b.    Yahudi dan Nasrani
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemim-pin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak Memberi Petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al-Ma’idah 5:51)
c.     Yang mempermainkan agama atau mempermainkan shalat
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ma’idah 5:57)
d.    Musuh Allah dan musuh orang mu’min
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil Musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia…” (QS. Al-Mumtahanah 60:1)
e.     Yang lebih mencintai kekufuran daripada iman
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpin-mu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. At-Taubah 9:23)
f.      Yang di luar golongan orang mu’min
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbul-kan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami Terangkan kepadamu Ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali ‘Imran 3:118)

Maraji’
Al-Qur’an Al-Karim
Musthafa Masyhur : Al-Qiyadah wal Jundiyah
Imam Nawawy : Riadhus Shalihin
Drs. Miftah Faridl : Pokok-pokok Ajaran Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar